Semarak Kemerdekaan RI: DWP Kemendikdasmen Gelar Lomba Busana Daerah dan Baca Puisi di Badan Bahasa
Jakarta, 20 Agustus 2025 - Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80
Republik Indonesia, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemendikdasmen menyelenggarakan
Lomba Peragaan Busana Daerah serta Lomba Cipta dan Baca Puisi di Aula Sasadu,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Jakarta. Kegiatan ini
menjadi wujud nyata semangat kemerdekaan yang tidak hanya bersifat seremonial,
tetapi juga menumbuhkan kecintaan terhadap budaya, literasi, dan ekspresi diri.
Acara diawali dengan senam anak Indonesia sehat dan pembacaan puisi oleh
sastrawan kenamaan, Helvy Tiana Rosa, yang sekaligus menjadi juri perlombaan. Ia
membuka suasana dengan penuh penghayatan melalui sajak bertema ibu. Suasana
haru dan bangga pun menyelimuti ruangan saat para hadirin menyimak bait-bait
yang menggugah kecintaan pada sosok ibu yang penuh jasa.
Siti Rohmah Tatang Muttaqin, ketua panitia, dalam laporannya menyampaikan
apresiasi yang tinggi kepada seluruh peserta dan pihak pendukung kegiatan ini.
Ia menyebut kegiatan ini adalah bagian dari perayaan kemerdekaan Indonesia
sehingga lomba dalam kegiatan ini mengangkat sisi ke-Indonesiaan, baik lomba
puisi maupun lomba peraga busana.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, dalam
sambutannya mengungkapkan rasa terima kasih karena Badan Bahasa dipercaya
menjadi tuan rumah kegiatan ini. Ia juga menekankan pentingnya ruang-ruang
ekspresi budaya dan sastra sebagai bagian dari perjuangan kebangsaan masa kini.
“Semoga fasilitas yang kami miliki dari panggung terbuka, studio musik,
hingga ruang kreatif siniar dapat terus dimanfaatkan untuk mendukung aktivitas
kebudayaan dan literasi,” ungkap Hafidz.
Sementara itu, Penasihat DWP, Masmidah Abdul Mu’ti, dalam pernyataannya,
menekankan pentingnya pelestarian bahasa dan budaya Indonesia melalui kegiatan
seni dan sastra, termasuk lomba baca puisi dan peragaan busana tradisional. Ia
mengungkapkan kekagumannya pada kekayaan bahasa dan budaya bangsa yang tecermin
dalam lomba tersebut. Ia juga membagikan pengalaman pribadinya dengan puisi di
masa remaja yang kini kembali membangkitkan kenangan berharga. Menurutnya,
kegiatan seperti ini bukan sekadar seremoni, melainkan juga menjadi ruang bagi
kreativitas, peningkatan literasi, dan penguatan identitas bangsa.
“Indonesia ini sangat kaya dengan bahasa dan bahasa sangat erat kaitannya
dengan budaya, kita harus melestarikannya. Perlombaan ini adalah bentuk
ekspresi dari kekayaan bangsa kita, bukan sekadar seremoni melainkan juga
mempererat silaturahmi, menjadi ruang bagi kreativitas, peningkatan literasi,
dan penguatan identitas bangsa”pungkasnya.
Kegiatan ini juga makin meriah dengan adanya pemberian hadiah lawang yang
dibagikan di sela-sela acara untuk peserta yang hadir. Hal ini menambah
semangat dan kebahagiaan para undangan.
Dalam kompetisi yang berlangsung ketat tetapi penuh semangat persaudaraan
ini, Badan Bahasa berhasil meraih juara pertama untuk dua kategori sekaligus,
yaitu Lomba Cipta dan Baca Puisi serta Lomba Peragaan Busana Daerah.
Untuk kategori baca puisi, juara kedua diraih oleh Sekretariat Jenderal
(Sekjen), diikuti oleh Direktorat PDM di posisi ketiga. Penghargaan harapan
diberikan kepada BSKAP, Vokasi, dan GTK, sedangkan kategori Juara Favorit
diraih kembali oleh tim PDM.
Sementara itu, dalam lomba peragaan busana daerah, posisi juara kedua
diraih oleh Inspektorat Jenderal (Itjen) dan juara ketiga oleh GTKPG.
Penghargaan harapan disabet oleh Sekjen, BSKAP, dan PDM, serta Vokasi yang
keluar sebagai Juara Favorit.
Devi Virhana, peserta dari Badan Bahasa, menyampaikan puisinya dengan penuh
penghayatan dan kritik sosial. Melalui puisinya, ia mengangkat isu-isu seperti
korupsi, kolusi, nepotisme, serta pengaruh bahasa asing yang berlebihan
sehingga menjajah bahasa Indonesia di hati bangsa yang terkontaminasi penyakit
xenomania.
“Ajang ini luar biasa. Kami diajak bersuara dan berkarya lewat puisi. Di
puisi ini, saya sampaikan bahwa perjuangan Indonesia belum selesai. Sebab
Indonesia masih dijajah oleh tentara yang tidak berseragam, KKN yang merayap di
dinding demokrasi, begitu juga bahasa Indonesia juga dijajah oleh komplotan
kosakata asing yang hadir di berbagai lini”, tegasnya usai dinobatkan sebagai
Juara 1 Lomba Cipta dan Baca Puisi.
Sementara itu, Niken Prawitasari, terbaik 1 lomba busana daerah mengaku
haru menjuarai lomba raga busana mengenakan adat Palembang, Sumatera Selatan. Ia
yang lahir dari rahim Jawa, seakan turut membawa jejak sejarah dan keanggunan
budaya yang terpatri di setiap sulamannya. Pada momen ini, ia tidak hanya
melangkah di panggung peragaan, tetapi juga melangkah sebagai duta kecil
warisan Nusantara.
“Syukur yang dalam saya panjatkan karena dipercaya mewakili Badan Bahasa
dalam ajang yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP)
Kemendikdasmen. Lebih membahagiakan lagi, langkah sederhana ini mengantarkan
saya meraih Juara 1. Kemenangan ini bukan semata-mata milik saya, melainkan
persembahan bagi budaya Indonesia yang agung. Semoga secuil kebanggaan ini
menjadi api kecil yang terus menyala, mengingatkan kita untuk menjaga,
mencintai, dan melestarikan kekayaan budaya yang menjadi jati diri bangsa
Indonesia”, ungkapnya.
Melalui kegiatan ini, DWP Kemendikdasmen tidak hanya menyemarakkan Hari
Kemerdekaan, tetapi juga memperkuat semangat cinta budaya dan literasi di
kalangan pegawai dan masyarakat.
“Kemerdekaan yang sejati adalah saat kita bebas berkarya tanpa kehilangan identitas dan nilai luhur bangsa,” pungkas Masmidah, menutup acara dengan pesan yang menggugah. (Zinan/Dv)
Dokumentasi