Sinergitas Kemendikdasmen dan Komisi X DPR RI Perkuat Peran Bahasa dan Sastra di Ranah Pendidikan dan Ruang Publik
Surabaya, 30 Oktober 2025 –
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Pusat Pemberdayaan Bahasa dan
Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, menyelenggarakan Diseminasi
Program Diplomasi Kebahasaan dan Kesastraan dengan menghadirkan Anggota DPR RI
Dapil Jawa Timur I, Lita Machfud Arifin, sebagai pembicara utama. Kegiatan yang
berlangsung di Hotel Mövenpick Surabaya ini mempertemukan pendidik, pegiat
literasi, pengelola taman baca, serta perwakilan pemerintah daerah dengan
anggota dewan untuk menyelaraskan langkah penguatan peran bahasa dan sastra
dalam pendidikan dan ruang publik.
Puji Retno Hardiningtyas, Kepala
Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur (BBP Jawa Timur), dalam laporannya
menyampaikan bahwa BBP Jawa Timur telah melaksanakan berbagai kegiatan
prioritas utama kementerian di bidang kebahasaan dan kesastraan, yaitu penguatan
literasi kebahasaan dan kesastraan, pemartabatan bahasa dan sastra Indonesia, pelindungan
bahasa dan sastra daerah; dan internasionalisasi Bahasa Indonesia. Dalam hal
pemartabatan bahasa dan sastra Indonesia, Provinsi Jawa Timur pada bulan Mei
lalu mendapatkan penghargaan sebagai provinsi dengan jumlah peserta uji
terbanyak. BBP Jawa Timur saat ini telah melaksanakan revitalisasi bahasa
daerah di Jawa Timur, yaitu bahasa Jawa, bahasa Jawa dilaek Using, dan bahasa
Madura. “Tahun ini kami juga menerbitkan 123 buku cerita anak dwibahasa
bergambar. Buku ini ditulis dalam tiga bahasa daerah dan diterjemahkan ke
bahasa Indonesia. Buku-buku tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat secara
gratis melalui laman Penjaring dan juga laman BBP Jawa Timur,” terang Retno.
Kegiatan ini dibuka secara resmi
oleh Kepala Pusat Pemberdayaan Bahasa dan Sastra, Iwa Lukman. Iwa menyampaikan
bahwa saat ini bahasa Indonesia telah dituturkan oleh hampir 300 juta orang di
57 negara. Kita patut berbangga pula, bahwa sejak November 2023 Bahasa
Indonesia juga telah digunakan sebagai salah satu bahasa resmi di sidang umum
Unesco. Ini menunjukkan keberadaan Bahasa Indonesia patut diperhitungkan di
kancah internasional. “Upaya pemerintah ini merupakan wujud nyata dari
implementasi pasal 44 UU Nomor 24 Tahun 2009. Pemerintah Pemerintah
meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional secara
bertahap, sistematis, dan berkelanjutan,” papar Iwa menegaskan,
Dalam paparannya, Lita menegaskan bahwa diplomasi kebahasaan dan kesastraan
harus berangkat dari praktik yang akrab dengan kehidupan anak dan keluarga. Ia
menyoroti pentingnya buku cerita dwibahasa, yakni bahasa daerah dan bahasa
Indonesia, sebagai medium yang memudahkan anak memahami kosakata, struktur
kalimat, dan nilai budaya sekaligus menjaga kedekatan dengan bahasa ibu.
“Bahasa adalah medium, sastra adalah isi. Keduanya bertemu di kelas dan ruang
baca ketika anak membaca cerita yang dekat dengan kehidupannya,” ujar Lita.
Lita juga mengapresiasi BBP Jawa Timur yang telah menerbitkan ratusan buku
cerita anak dwibahasa bergambar setiap tahunnya.
Rangkaian diseminasi menekankan
urgensi literasi awal, kondisi bahasa daerah di Jawa Timur, serta peran buku
terjemahan dwibahasa sebagai pendekatan yang relevan. Di ruang kelas dan taman
baca, teks paralel dalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia dipaparkan sebagai
cara yang membantu anak mengaitkan kosakata, struktur kalimat, dan konteks
budaya. Materi juga menegaskan peran multipihak, yaitu Badan Bahasa sebagai
koordinator kebijakan dan panduan penerjemahan, Paparan turut menggarisbawahi
kerentanan dialek Osing dan Tengger di sejumlah kawasan Jawa Timur serta
keterbatasan bahan bacaan anak dalam bahasa daerah yang mudah dipahami.
“Yang kita bangun bukan sekadar
deret judul buku, melainkan kebiasaan membaca yang menumbuhkan kepercayaan diri
berbahasa Indonesia sembari menjaga kedekatan dengan bahasa ibu,” tegas Lita.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan tahap awal di Surabaya akan menjadi pijakan
untuk perluasan ke daerah lain di Jawa Timur dengan dukungan lintas lembaga dan
masyarakat.
Diseminasi ditutup dengan penegasan pesan utama mengenai urgensi diplomasi kebahasaan dan kesastraan, peran buku cerita dwibahasa bagi pembaca dini, serta ajakan kolaborasi lintas pemangku kepentingan. Pusat Pemberdayaan Bahasa dan Sastra menyatakan masukan peserta menjadi bahan pematangan langkah berikut di lingkungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bersama mitra daerah. Penyelenggara berharap praktik baik yang dimulai di Surabaya memperkuat literasi awal sekaligus merawat keberagaman bahasa daerah di Jawa Timur.
Dokumentasi