Penulis Asal Mesir Rilis Buku Cerita Anak sebagai Hadiah HUT Ke-80 RI: Perkuat Hubungan Indonesia-Mesir melalui Sastra

Penulis Asal Mesir Rilis Buku Cerita Anak sebagai Hadiah HUT Ke-80 RI: Perkuat Hubungan Indonesia-Mesir melalui Sastra


Jakarta, 13 Agustus 2025—Mahmud Hamzawi, seorang penulis asal Mesir dan alumni program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), meluncurkan buku cerita anak berjudul Anak yang Lupa Jalan Pulang. Peluncuran ini merupakan hadiah untuk Hari Ulang Tahun Ke-80 Republik Indonesia yang menjadi simbol persahabatan antara Indonesia dan Mesir melalui medium sastra.

Peluncuran buku ini dilaksanakan di Perpustakaan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Senayan, Jakarta pada Rabu, 13 Agustus 2025. Dalam keterangannya, Mahmud mengatakan bahwa kecintaannya terhadap bahasa dan budaya Indonesia menginspirasinya untuk menulis buku ini. "Berawal dari belajar bahasa Indonesia melalui program BIPA di Mesir, saya tidak hanya belajar kosakata dan tata bahasa, tetapi juga nilai-nilai budaya Indonesia yang luhur. Sekarang saya ingin berkarya melalui karya sastra," ujarnya.

Buku Anak yang Lupa Jalan Pulang mengisahkan perjalanan seorang anak dalam menemukan kembali makna rumah dan kebersamaan yang dikemas dalam narasi yang ramah anak dengan nilai-nilai universal. Buku ini ditulis dalam bahasa Indonesia yang menandai kemahiran Mahmud dalam berbahasa serta kecintaannya pada dunia literasi anak.

Program BIPA sebagai Upaya Diplomasi Bahasa

Program BIPA yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikdasmen merupakan salah satu instrumen penting dalam diplomasi bahasa Indonesia. Program ini bertujuan memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia kepada masyarakat dunia sekaligus menjalin hubungan antarbangsa.

Karya Mahmud menjadi salah satu bukti konkret keberhasilan program ini. Sebelumnya, pemelajar BIPA asal Mesir lainnya, Mariam Ashraf, juga sempat menulis puisi “Sisi Perjuangan” bertema kemerdekaan Indonesia yang dipublikasikan secara luas menjelang HUT RI pada tahun 2021 lalu. Hingga kini puisinya banyak digunakan dalam berbagai acara dan perlombaan oleh masyarakat Indonesia, bahkan dikategorikan sebagai puisi yang inspiratif versi detik.com.

Dalam wawancara yang terpisah, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Hafidz Muksin, menyatakan bahwa karya Mahmud dan Mariam selaras dengan program prioritas Badan Bahasa dalam bidang literasi dan diplomasi kebahasaan. “Kami mendorong para pemelajar BIPA di berbagai negara untuk tak hanya belajar bahasa, tetapi juga berkreasi dan berkontribusi dalam ranah sastra. Ini bukan hanya memperkuat literasi global, melainkan juga memperluas cakrawala sastra Indonesia di mata dunia,” ujarnya.

Mendorong Literasi dan Apresiasi Sastra Indonesia di Tingkat Global

Peluncuran buku Mahmud menjadi inspirasi bagi banyak pemelajar asing lainnya. Meski jumlah penutur asing yang mampu menulis karya sastra dalam bahasa Indonesia masih terbilang sedikit, upaya seperti ini patut diapresiasi tinggi. Mahmud membuktikan bahwa pembelajaran bahasa dapat menjadi jembatan kreatif menuju kolaborasi lintas negara yang lebih bermakna.

Saat ditanya tentang bagaimana ia mendapatkan inspirasi dalam menulis buku, ia menceritakan bahwa inspirasi menulis buku diperoleh dari peristiwa kehidupan sehari-hari yang ia alami. Bahkan, dirinya mengaku sengaja memilih tinggal di ujung desa Sukoharjo untuk mendapatkan suasana yang lebih hening dan sepi. Di sanalah ia meramu goresan tangannya ke dalam berbagai bentuk karya sastra. Ia juga menyoroti bahwa peran KBBI sangat penting bagi penutur asing, khususnya ketika menggarap metafora dan mencari diksi yang tepat dalam karya.

Lebih lanjut, ia berharap bahwa akan muncul sastrawan asing lainnya yang berkarya dalam bahasa Indonesia sehingga penutur asing bukan hanya sekadar belajar bahasa, melainkan juga mendalami sastra. “Semoga program BIPA makin meluas sehingga lebih banyak lagi pemelajar yang melahirkan karya sastra berbahasa Indonesia, misalnya ontologi sastra karya pemelajar BIPA,” harap Mahmud.

Terakhir, ia berharap bahwa buku Anak yang Lupa Jalan Pulang dapat menjadi amunisi bahan bacaan guna meningkatkan literasi anak Indonesia serta menumbuhkan minat baca anak di tengah derasnya arus globaliasi dan kecanduan gawai. (Dv*)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa