Siapa Pahlawan Bahasa Masa Kini?
Pada 10 November Indonesia secara rutin memperingati Hari Pahlawan. Selalu menjadi
pertanyaan bagi saya, “Mengapa dalam peringatan Hari Pahlawan, hanya terpampang beberapa wajah
pahlawan yang dapat dikatakan ‘itu-itu saja’?”
Memang pada peristiwa heroik di Surabaya 1945, banyak korban berjatuhan. Oleh karena itu, untuk mengenang kembali jasa dan perjuangan para pahlawan, sudah selayaknya kita memperingati Hari Pahlawan dengan berbagai agenda
kegiatan, di antaranya, upacara bendera yang dilakukan oleh segenap
elemen masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri.
Peringatan Hari Pahlawan yang
dilaksanakan kiranya tidak hanya bersifat seremonial, tetapi yang paling penting menjadi perenungan tentang bagaimana kita dapat mengambil makna
yang terkandung di dalamnya. Apabila setiap insan memiliki kesadaran dan
kemauan untuk mengimplementasikan nilai kepahlawanan, hal tersebut dapat menjadi salah satu modal untuk membangun bangsa.
Lantas, apakah pahlawan hanya meliputi mereka yang berjuang dengan mengangkat senjata? Dalam
tulisan ini, saya mencoba merangkum beberapa tokoh yang layak disebut sebagai
pahlawan dalam perkembangan bahasa Indonesia.
1.
Sutan Takdir Alisjahbana (STA)
STA lahir di Mandailing Natal pada 11
Februari 1908. Ia merupakan keturunan kerajaan Indrapura dari garis ibu. Ia
mengenyam pendidikan Hoogere Kweekschool (HKS) di Bandung, kemudian mendapatkan
gelar honoris causa dari Universitas Indonesia dan Universitas Sains
Malaysia. Ia pernah menjadi seorang guru. Namun, itu tidak bertahan lama karena
ketidaksabarannya terhadap para muridnya. Alhasil, ia kemudian melamar ke Balai
Pustaka dan diterima menjadi redaktur pada bagian buku.
Pada 1933, pertemuannya dengan Armijn
Pane dan Amir Hamzah menjadi cikal bakal kelahiran majalah Pujangga Baru.
STA menjabat sebagai Ketua Komisi Bahasa selama pendudukan Jepang. Ia melakukan modernisasi sehingga bahasa
Indonesia dapat menjadi bahasa nasional yang menjadi pemersatu bangsa.
STA merupakan orang pertama yang menulis
Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia pada 1936. Ia juga merupakan pelopor Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo. Salah
satu karya terpentingnya adalah novel Layar Terkembang yang diterbitkan
pada tahun 1937. STA juga dikenal galak dalam berpendapat. Bahkan, Polemik Kebudayaan yang ia mulai disebut oleh Balai Pustaka sebagai pergulatan pemikiran terbesar dalam sejarah kebangsaan Indonesia.
2.
W.J.S. Poerwadarminta
Pak Poerwa (sapaan akrabnya) lahir di Yogyakarta pada 12 September 1904. Ia merupakan seorang lulusan
Normaalschool yang pada zaman itu dipandang sebelah mata. Lulusan Normaalschool
sering kali dibandingkan dengan lulusan
Kweekschool yang lebih sejahtera.
Ia sering mendapat ejekan dari orang di
sekitarnya. Namun, ejekan itulah yang kemudian memantiknya
untuk mengikuti banyak kursus bahasa asing. Akan tetapi, minatnya hanya pada
filsafat dan bahasa Belanda.
Untuk melatih keterampilannya berbicara bahasa asing, ia menjadi pemandu di Keraton Yogyakarta. Semua ketekunannya pun membuahkan hasil. Ia mendapat tawaran mengajar Bahasa Melayu di Jepang dan dari sanalah,
kamus demi kamus berhasil disusun olehnya.
Pak Poerwa merupakan salah satu
leksikograf terbaik yang pernah dilahirkan bangsa ini. Salah satu karyanya
adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diterbitkan pada 1954 oleh
Lembaga Penyelidikan Bahasa dan Kebudayaan Universitas Indonesia. Karyanya itu dianggap sebagai cikal
bakal sejarah
leksikografi bahasa Indonesia.
3.
Mohammad Tabrani Soerjowitjitro
M. Tabrani lahir di Pamekasan, Madura
pada 10 Oktober 1904. Ia merupakan lulusan MULO dan OSVIA. Ia adalah seorang
wartawan.
Peristiwa terpenting yang menyebabkan Tabrani sungguh layak menjadi salah satu pahlawan bahasa Indonesia terjadi saat Kongres Pemuda I pada 2 Mei 1926. Saat itu
Mohammad Yamin mengusulkan kalimat, “Kami poetra dan poetri Indonesia
menjoenjoeng bahasa persatuan, bahasa Melajoe.” Namun, M. Tabrani menjadi tokoh yang menentang usulan tersebut karena baginya, bahasa
bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia, bukan bahasa Melayu.
Dalam autobiografinya, M. Tabrani mengatakan, “Yamin naik pitam dengan alasan bahwa
Tabrani menyetujui seluruh pikiran saya,
tetapi mengapa menolak konsep usul resolusi saya? Lagi pula yang ada bahasa Melayu, bukan bahasa Indonesia.” M. Tabrani menanggapinya dengan mengatakan bahwa ia tetap pada pendiriannya bahwa bahasa persatuan
adalah bahasa Indonesia. Menurutnya,
“Jika belum ada,
harus dilahirkan dari kongres ini.”
4.
Anton Moeliono
Ia merupakan lulusan Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Dilansir dari Narabahasa.id, Pak Anton
merupakan orang yang menemukan padanan istilah pencakar langit, nirlaba, jalan layang, dll. Ia juga merupakan tokoh yang mencetuskan adanya Ejaan yang Disempurnakan
(EYD). Ia melahirkan banyak karya dalam perkembangan bahasa Indonesia, seperti Pedoman Umum Pembentukan Istilah (1975), Aspek
Teoretis dalam Penerjemahan (1997), dan Beberapa Aspek Masalah
Penerjemahan ke Bahasa Indonesia (1997). Bahkan, saat ia memimpin Pusat Bahasa, terbitlah untuk
pertama kalinya Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988).
5.
Gorys Keraf
Gorys Keraf merupakan ahli linguistik
Indonesia. Ia sungguh berjasa dalam perkembangan bahasa Indonesia melalui karya-karyanya soal tata bahasa Indonesia.
Beberapa karyanya ialah Tata Bahasa Indonesia (1970), Komposisi (1980), Diksi dan Gaya Bahasa
(1981), Eksposisi dan Deskripsi (1981),
Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan
Menengah (1991), dan Linguistik Bandingan Tipologis (1990).
6.
Soewandi
Soewandi merupakan Menteri Pendidikan dan
Pengajaran pada Kabinet Sjahrir III. Pada saat menjabat
sebagai menteri inilah ia mengeluarkan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi untuk menggantikan Ejaan van Ophuijsen. Salah satu perbedaannya terdapat pada vokal [oe] yang diganti dengan [u]. Kelahiran Ejaan Soewandi ini tidak hanya menyempurnakan ejaan sebelumnya, tetapi juga menghilangkan citra Belanda dalam bahasa Indonesia.
7.
Koewatin Sasrasoeganda
Koewatin merupakan tokoh pribumi pertama yang
menulis tata bahasa Melayu dalam bahasa Melayu dengan tradisi
Yunani-Latin-Belanda. Salah satu karyanya yang terpenting adalah Kitab jang
Menjatakan Djalan Bahasa Melajoe yang menjadi buku pegangan pengajaran
Bahasa Indo-Melayu pada masanya. Ia memperkenalkan kelas kata dalam bahasa Melayu: perkataan pekerjaan, perkataan nama benda, perkataan kata
sifat, perkataan bilangan, perkataan pengganti nama, perkataan tambahan,
perkataan pengantar, perkataan penghubung, dan perkataan penyeru.
8.
J.S Badudu
Dapat dipastikan bahwa sewaktu menempuh pendidikan di sekolah dahulu, nama ini pernah didengar oleh semua
orang. Ia mendapat julukan sebagai pendekar bahasa karena keberaniannya
mengkritik penggunaan kata daripada yang tidak tepat.
Jasanya dalam perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya tecermin dari karya fisik berupa buku dan makalah, tetapi juga dalam tayangan televisi. Pada tahun 1970—1980, ia tampil dalam siaran Pembinaan Bahasa
Indonesia di TVRI. Karya-karyanya meliputi Morfologi Bahasa Indonesia Lisan dan Morfologi Bahasa Indonesia
Tulisan.
9.
Madong Lubis
Tak seperti tokoh lainnya, agak sulit
untuk menemukan perjalanan karier linguistik Madong
Lubis. Dilansir dari Narabahasa.id, ia memajukan bahasa Indonesia dari lirik-lirik lagu
yang ia gubah. Karyanya, Taman Kesoema, digunakan sebagai bahan ajar di sekolah rendah.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah
lagu anak yang berjudul “Layang-Layang”. Selain itu, ia merupakan anggota panitia dan pembicara
dalam seksi D yang bertopik “Bahasa Indonesia dalam Pergaulan Sehari-hari”. Ia juga merupakan salah satu tokoh kebahasaan ternama di Sumatra Utara.
Demikianlah sembilan tokoh yang dapat disebut sebagai pahlawan bahasa Indonesia. Mereka memang tidak pernah mengangkat senjata, tetapi perjuangan mereka menjadikan Indonesia memiliki bahasa yang berdaulat, yakni bahasa Indonesia adalah perjuangan heroik yang layak dikenang dan diteladani. Sama seperti perjuangan para pahlawan, tugas kita adalah mempertahankan kemerdekaan. Caranya adalah dengan menjadi orang yang berwawasan dan berani.
Pahlawan Bahasa Masa Kini
Pahlawan bahasa masa kini dapat merujuk pada individu atau kelompok yang terus melestarikan, mengembangkan, dan mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia di tengah globalisasi dan perkembangan teknologi. Mereka berperan penting dalam menjaga identitas bangsa, terutama pada era modern saat ini, yakni ketika pengaruh budaya dan bahasa asing makin kuat. Berikut adalah tokoh yang dapat dikategorikan sebagai pahlawan bahasa masa kini.
1.
Penerjemah dan Editor Bahasa
Mereka yang berprofesi sebagai
penerjemah atau editor memainkan peran penting dalam memastikan bahwa bahasa Indonesia tetap hidup dan relevan dalam berbagai
media, yakni buku, film, dan karya ilmiah. Mereka membantu menghadirkan konten dari bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia dengan kualitas yang tinggi dan mudah dipahami.
2.
Pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia
Para guru, dosen, dan tutor bahasa yang
mendedikasikan diri untuk mengajarkan Bahasa Indonesia, terutama kepada
generasi muda, adalah pahlawan bahasa yang berperan langsung dalam menjaga
eksistensi bahasa Indonesia.
3.
Penulis dan Sastrawan Kontemporer
Penulis buku, novel, puisi, dan cerpen
yang berkarya dalam bahasa Indonesia turut mempertahankan bahasa ini di tengah
gempuran konten asing. Mereka menciptakan karya-karya yang menggugah sehingga dapat dibaca oleh masyarakat luas dan menjadikan bahasa Indonesia tetap hidup dalam kehidupan literasi sehari-hari.
4.
Aktivis Bahasa di Media Sosial
Seiring dengan pesatnya perkembangan
media sosial, banyak aktivis dan pemengaruh mempromosikan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Mereka mengedukasi masyarakat, membahas
istilah-istilah baru, serta memberikan inspirasi agar kita bangga menggunakan
bahasa Indonesia.
5.
Pembuat dan Pengembang Aplikasi Berbahasa Indonesia
Para pengembang aplikasi atau perangkat
lunak yang mendukung bahasa Indonesia membantu mendorong pengguna untuk tetap
menggunakan bahasa Indonesia dengan
memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
6.
Komunitas Linguistik dan Sastra
Komunitas yang bergerak dalam bidang bahasa, seperti pegiat literasi atau pegiat bahasa daerah, turut berperan penting dalam melestarikan keberagaman bahasa yang ada di Indonesia.
Mereka semua
adalah pahlawan yang tidak hanya menjaga keberlanjutan bahasa Indonesia, tetapi
juga mempromosikannya pada era yang penuh tantangan. Pahlawan
bahasa masa kini membantu bahasa Indonesia beradaptasi dengan dunia modern dan
tetap menjadi identitas kuat bagi masyarakat Indonesia.
Bahan Bacaan
Antaranews.com(https://www.antaranews.com/berita/3817290/m-tabrani-wartawan-penggagas-bahasa-persatuan-kini-jadi-pahlawan)
Narabahasa.id (https://narabahasa.id/tokoh-bahasa/identitas/j-s-badudu-sang-pendekar-bahasa)
Tirto.id (https://tirto.id/bagaimana-wjs-poerwadarminta-menyusun-kamus-kamusnya-cH8P)

Mukhamad Hamid Samiaji
Pemerhati Bahasa di Lembaga Kajian Nusantara Raya